Jakarta, PPIM – “Konflik di Indonesia ada tapi bukan diselesaikan justru ditahan. Ini yang membuat masyarakat tidak bisa menyelesaikan masalah perbedaan dari mereka masing-masing membuat negeri ini damai tapi semu.” Demikian ungkap Phillips J. Vermonte, Direktur Eksekutif CSIS Indonesia pada Webinar Moderasi Beragama Series ke-24 dengan tema “Thaliban dan Counter-Violent Ekstremism (CVE) Global” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (17/9).
Philips J. Vermonte mengatakan bahwa ketika masa orde baru perbedaan-perbedaan pandangan, orientasi, ataupun ideologi tidak pernah diselesaikan sendiri oleh masyarakat karena yang turun tangan adalah aparatur negara. Jadi semua perbedaan dan kesetaraan disimpan di bawah “karpet”. Menurut dia, masyarakat menjadi lemah mekanisme sosialnya dalam menyelesaikan perbedaan-perbedaan diantara mereka sendiri.
“Ketika terjadi reformasi peran aparatur negara yang surut akhirnya membuat pr bagaimana masyarakat menyelesaikan perbedaan diantara mereka. Selama orde baru masyarakat Indonesia seperti kehilangan kekuatan karena penetrasi yang dalam oleh aparatur negara yang menjaga agar masyarakat tidak konflik. Ada situasi tidak konflik yang dinamakan perdamaian negatif bukan perdamaian aktif yang artinya negara Indonesia stabil karena konfliknya tidak ada bukan hilang,” lanjut Phillips J. Vermonte menjelaskan. Menurutnya kita harus belajar bagaimana mengelola perbedaan.
Eksekutif Direktur CSIS Indonesia ini juga mengatakan bahwa sekarang bukan lagi waktunya ribut dengan masalah tidak mau adanya rumah ibadah agama lain di lingkungan agama lainnya, karena itu sesuatu yang merumitkan hubungan sosial dalam kaitannya dengan kebebasan beragama. Dari situ kita perlu belajar lagi mengelola perbedaan antar masyarakat maka penguatan kelompok masyarakat yang mengajarkan dan menyerukan perdamaian dan moderasi harus diperkuat dan terus menerus dilakukan. Peran pendidikan tentang moderasi sangat penting agar masyarakat tidak terjebak pada pandangan yang ekstremis, yang merujuk pada kekerasan.
Intinya yaitu moderasi harus datang dari bawah (masyarakat) dan jadi kesadaran masyarakat bukan yang dipaksakan oleh negara.
Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan setiap Jum’at melalui kanal Youtube “PPIM UIN Jakarta” dan “Convey Indonesia”. Dalam kesempatan kali ini, Phillips J. Vermonte didampingi oleh Team Leader Convey Indonesia, Jamhari Makruf, sebagai moderator.
Penulis: Rizki Ciptaningsih