Jakarta, PPIM – PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia merilis temuan baru fenomena gerakan hijrah di Indonesia. Penelitian bertajuk “Tren Keberagamaan Gerakan Hijrah Kontemporer” ini dirilis oleh koordinator riset CONVEY Indonesia Windy Triana, M.A secara daring Senin (1/2).
“Kami melakukan penelitian ini dilatar belakangi oleh tiga hal, pertama, hijrah menjadi gerakan yang semakin populer di Indonesia yang mengarah kepada generasi muda milenial, kedua, reinterpretasi makna hijrah juga dilakukan oleh kelompok extremis Islam trans nasional dan diasosiasikan dengan jihad, dan yang terakhir adanya kecenderungan narasi konservatif,” ungkap Windy.
Peluncuran hasil penelitian ini turut mengahadirkan pemangku kepentingan, pakar, peneliti yang mengkaji tentang keberagamaan di Indonesia. Nama-nama seperti Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, M.A. (Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI), Prof. Noorhaidi Hasan, Ph.D. (Direktur Program Pacasarjana UIN Sunan Kalijaga), Dra. Lies Marcoes Natsir, M.A. (Direktur Yayasan Rumah Kita Bersama), Dr. H.M Asrorun Ni’am Sholeh, M.A. (Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia), serta pendiri Komunitas SHIFT Pemuda Hijrah serta pengurus Musisi turut hadir membahas hasil penelitian ini.
Windy menjelaskan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan berdasarkan pada analisis teks, visual dari video, gambar di YouTube dan Instagram serta wawancara mendalam terhadap lima komunitas hijrah antara lain SHIFT Pemuda Hijrah, Yuk Ngaji, Terang Jakarta, Musawarah dan The Strangers Al Ghuroba. Kelima komunitas ini memiliki basis pengikut yang besar di Jakarta dan Bandung. Bandung dan Jakarta dipilih karena keduanya merupakan lokasi strategis munculnya komunitas-komunitas keagamaan yang mewarnai ragam pola keagamaan di Indonesia.
Penelitian ini melakukan analisa terhadap 1.237 konten Instagram dan 180 video YouTube. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara mendalam terhadap 24 tokoh dan pengikut komunitas yang terdiri dari 16 laki-laki dan 8 perempuan. Keterbatasan jumlah informan dikarenakan situasi pandemi COVID-19 dan ketertutupan beberapa komunitas dalam merespon permintaan wawancara.
Dua Tipologi Gerakan Hijrah di Indonesia
Penelitian ini menemukan adanya dua tipologi gerakan hijrah di Indonesia, yaitu Konservatif dan Islamis. Kategori konservatif sendiri kemudian dibagi menjadi dua yakni Salafi dan non-Salafi. Semua komunitas, kecuali The Strangers Al Ghuroba menyatu dalam sebuah naungan Muslim United dan Barisan Bangun Negeri. Tipologi dan spektrum kelima komunitas hijrah digali melalui respon dan pandangan terhadap isu-isu kebangsaan, toleransi dan gender.
Komunitas The Strangers Al Ghuroba dapat dikategorikan sebagai Salafi murni dan bersikap apolitis. Dalam memahami hijrah, komunitas ini menilai bahwa seseorang yang sudah berhijrah menjadi individu yang baru berarti individu tersebut harus menanggalkan kehidupan masa lalunya yang dinilai dekat dengan kemaksiatan, salah satunya musik. Ajakan dalam perubahan penampilanpun juga sempat dipromosikan komunitas ini dengan adanya konten tawaran memotong celana untuk menanggalkan isbal bagi laki-laki serta pemberian kerudung panjang dan bercadar bagi perempuan. Kecenderungan pandangan Salafi yang konservatif juga terlihat terkait isu-isu gender. Meskipun begitu, komunitas ini tegas menolak aksi kekerasan.
“Sebagaimana yang diungkapkan salah satu Ustad pemateri komunitas ini menyatakan bahwa teroris adalah seseorang yang menganggu keamanan dan Islam sangat menjaga keamanan,” terang Windy.
Komunitas Terang Jakarta termasuk komunitas yang cukup berbeda dengan beberapa komunitas hijrah lainnya yang dikaji dalam riset ini. Di satu sisi komunitas ini dikategorikan sebagai komunitas Salafi dengan menggunakan literatur keislaman yang merujuk pada kitab-kitab Salafi dan menerapkan sumber Islam yang sangat literal. Namun di sisi lain, komunitas Terang Jakarta sangat terbuka dan akomodatif terhadap isu-isu modern.
Selain itu, meskipun komunitas SHIFT Pemuda Hijrah dikategorikan sebagai konservatif komunitas ini menunjukkan pandangan yang terbuka dalam hal penampilan dan gaya hidup. SHIFT menjadikan hobi para pengikutnya sebagai kekuatan untuk menarik follower.
“Keterbukaan juga terlihat pada enerimaan terhadap perbedaan, kebangsaan, dan anti terhadap kekerasan,” jelas Windy.
Dalam komunitas Kajian Musawarah pemahaman konservatif ditemukan pada isu gender, terlebih pada pemahaman perempuan yang sebaiknya beraktifitas dirumah saja dibanding harus bekerja di ruang publik. Meski begitu, keterbukaan ditemukan pada isu nasionalisme.
“Dalam unggahan Instagramnya komunitas ini menunjukkan bahwa nasionalisme menjadi bagian dari komunitas dengan adanya foto para tokoh hormat dengan mengenakan gamis ketika memperingati hari kemerdekaan Indonesia,” tambah Windy.
Hasil temuan pada kecenderungan komunitas Yuk Ngaji terhadap khilafah sebagai satu-satunya sistem politik yang sesuai dengan ajaran Islam dapat dikatakan bahwa komunitas ini dikategorikan sebagai komunitas Islamis. Meski begitu terdapat beberapa hal yang condong pada keterbukaan komunitas ini ketika merespon isu-isu perbedaan baik antar agama maupun dalam sesama muslim dan penggunaan unsur-unsur modernisme dalam kegiatan kajian. Tidak hanya itu, komunitas ini juga menentang aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Strategi Penyebaran Ide
Temuan yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai strategi penyebaran ide kelima komunitas hijrah yang diteliti. Terkait penyebaran ide dapat dikatakan kelima komunitas hijrah ini unggul dalam memanfaatkan sosial media dalam menjaring pengikut kalangan muda. Beberapa strategi yang dilakukan seperiti tampilan para tokoh ustad yang cenderung trendi, pemilihan tempat pengajian yang tidak umum, design kajian yang lebih interaktif dengan menggunakan teknologi digital, menggunakan istilah-istilah bahasa asing yang sering digunakan kalangan muda, pembentukan kelompok halaqoh yang intense, memanfaatkan tokoh-tokoh terkenal sebagai pihak ketiga di konten-konten media sosial, menggunakan unsur-unsur pop culture untuk menarik minat kalangan anak muda, dan masih banyak lagi.
Dengan adanya temuan tersebut dapat dikatakan kelima komunitas hijrah ini berhasil dalam menjaring pengikut kalangan anak muda dari beragam kelas sosial. Hal ini dikarenakan kemampuan komunitas hijrah mengkomunikasikan pesan-pesan dakwahnya secara non-konvensional dengan memaksimalkan penggunaan media sosial, menerapkan komunikasi khas anak muda, serta kemampuan mengikuti dan merespon gaya hidup atau isu yang sedang berkembang di masyarakat urban.
Untuk mengakses temuan lengkap mengenai penelitian ini, silahkan klik link berikut ini.
Penulis: Febiyana
Editor: Abdallah