Jakarta, PPIM – Stand-up Comedian, Sakdiyah Ma’ruf, S.S., M.A menekankan pentingnya anak muda sebagai part of the solution, bukan sebagai masalah dalam penanganan Pandemi Covid-19. Perempuan kelahiran Pekalongan ini menyampaikan hal tersebut dalam menanggapi hasil temuan Survei Nasional Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui projek Counter Violent Extremism of Youth Indonesia (CONVEY) yang bertajuk “Anak Muda dan Covid-19: Berbineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh” Rabu (5/1).
Menurut Sakdiyah, hasil temuan survei ini turut mengundang keprihatinan tersendiri, istilahnya wakeup calling dalam melihat generasi anak muda sekarang. Sebagai mana hasil survei memperlihatkan bahwa: Anak muda, usia sekolah di Indonesia masih abai terhadap perilaku kesehatan dan vaksinasi saat Pandemi Covid-19. Sekitar 48% anak muda memiliki sikap fatalis, yang percaya bahwa upaya manusia tidak banyak berarti karena segala sesuatu termasuk kesehatan sudah ditentukan oleh Tuhan.
Pemikiran Fatalis ini menurut Sakdiyah amat berbahaya apalagi di topang oleh teori konspirasi yang terus digaungkan oleh sosial media.
“Teori konspirasi itu banyak bertebaran di media sosial, itu bagian dari narasi lama yang terus digaungkan dalam konteks Islam terpinggirkan, ini biasanya disebarkan oleh generasi tua, yang kemudian akhirnya diakses oleh anak-anak muda” papar perempuan yang akrab disapa Diyah.
Lanjut Diyah, selain Anak muda abai pada prokes, juga enggan untuk vaksinasi. Hal ini juga merupakan isu lama, bagian dari #GerakanAntiVaksin kata Diyah, biasanya isu yang terus disebarkan bahwa vaksin haram, vaksin merupakan politik Yahudi dan sebagainya.
“Bagi anak muda yang tidak kritis, cenderung mengikuti isu hoax yang berdar, maka ia mudah terkonspirasi” kata Diyah
Oleh karenannya, di sesi akhir diskusi Diyah menekankan pentingnya anak muda khususnya perempuan sebagai bagian dari solusi (part of the solution) dalam penanganan pandemi Covid-19, bukan menjadi masalah. Sebagai mana survei menemukan bahwa anak muda perempuan lebih taat prokes di banding laki-laki. Caranya dengan memberdayakan kepemimpinan anak muda, atau duta. Misal, duta vaksinasi remaja.
“Hal ini penting dilakukan karena kepemimpinan perempuan belum pernah diajukan sebagai “first option”, penelitin ini menunjukkan itu, sikap anak perempuan sangat positif, karena bisa memberikan harapan bagi siswa yang lain bahwa mereka bukan hanya sebagai objek penanganan pandemi, tetapi subjek” tutup Diyah
Pada launching yang dimoderatori oleh Team Leader Convey Indonesia, Prof. Jamhari Makruf, M.A hari ini, selain Sakdiyah, hadir sebagai pembahas lainnya yaitu dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung & Jubir Satgas Covid-10), Sulfikar Amir, Ph.D (Associate Professor of Sociology, NTU Singapore), Henny Supolo Sitepu, M.A (Ketua Yayasan Cahaya Guru), dan dr. Tirta Mandira Hudhi (Doctorpreneur). Sedangkan hasil survei disampaikan oleh Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi., (Psikolog, Peneliti PPIM UIN Jakarta), dan Narila Mutia Natsir, MKM, Ph.D (Peneliti PPIM UIN Jakarta).
Penulis: Tati Rohayati
Editor: M. Nida’ Fadlan