RAN PE: Harapan Cegah Aksi Terorisme di Indonesia

Pentingnya Pendidikan dalam Mengajarkan Toleransi
December 3, 2021
Sakdiyah Ma’ruf: Anak Muda sebagai Solusi, bukan sebagai Masalah
January 17, 2022

Gambar: Andhika Chrisnayudhanto/ Webinar Moderasi Beragama Series 29 “Refleksi Kekerasan Ektremisme 2021”

Jakarta, PPIM – Munculnya aksi terorisme yang meningkat pada tahun 2021 dikuatkan dengan banyaknya teroris yang tertangkap oleh Densus 88 di berbagai pelosok di Indonesia. Untuk mencegah peristiwa terorisme di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT) meluncurkan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang selanjutnya disebut RAN PE. 

“Sifat dari RAN PE yaitu untuk mencegah kejadian terorisme di Indonesia” demikian ungkap Andhika Chrisnayudhanto, Deputi Bidang Kerjasama Internasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT) pada Webinar Moderasi Beragama Series ke-29 yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (14/01).

Saat ini internet dan media sosial sudah menjadi kebutuhan primer bagi generasi muda, yang tantangan pencegahannya semakin menantang. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan terorisme dan ujaran kebencian pasti ada dalam salah satu konten yang dapat dilihat. Andhika mengungkapkan bahwa “BNPT bekerjasama dengan KOMINFO untuk mem-filterisasi konten-konten yang mengandung nilai radikal terorisme, kurang lebih pada tahun 2021 sudah 3000-an konten syarat radikalisme yang sudah di take-down.”

Hal tersebut juga didukung dengan adanya hasil survey PPIM UIN Jakarta tentang “Beragama ala Anak Muda: Ritual No, Konservatif Yes” yang menunjukkan bahwa tingkat pemahaman generasi muda berdasarkan pengamatan melalui media komunikasi yang mereka gunakan saat ini di media sosial, televisi, radio, dan podcast. Secara umum, survei tersebut menemukan adanya kecenderungan dimana anak muda sebetulnya tidak begitu religius dan rajin dalam menjalankan ritual namun pandangannya terhadap agama justru berpotensi lebih konservatif dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Andhika menambahkan, “BNPT sudah mencanangkan kegiatan yang lebih pada kegiatan kontra-radikalisasi yang menjadi corong khususnya pada internet dan sosial media. Melihat upaya dengan dibentuknya pusat media damai, selain merujuk pada upaya kontra-radikaliasasi juga controlling yang bekerjasama dengan KOMINFO. Saat ini sedang dikembangkan “Peta Helix” yaitu pendekatan multipihak bagaimana dapat mendekati salah satunya bisnis community dan media. Penerapan prinsip “Saring sebelum sharing” juga salah satu usaha BNPT dalam meningkatkan digital literacy agar tidak mudah terpengaruh oleh berita hoax”.

Menurut Andhika, begitulah kondisi refleksi kekerasan ekstremisme di Indonesia tahun 2021. Harapannya di tahun 2022 adalah memastikan bahwa RAN PE harus berjalan. Dengan isu yang dilihat yaitu menjalarnya teroris ke media sosial dan lainnya untuk meningkatkan rasa keamanan masyarakat.

Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan pada  Jumat melalui kanal Youtube “PPIM UIN Jakarta” dan “CONVEY Indonesia”. Dalam kesempatan kali ini, Andhika Chrisnayudhanto didampingi oleh Team Leader CONVEY Indonesia, Jamhari Makruf, sebagai moderator.

Penulis: Rizki Ciptaningsih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

seven + six =

English