Ustad Ahong: Santri Berperan dalam Media Sosial

Santri Milenial dalam Transformasi Penyuaran Narasi Agama di Era Digital
November 5, 2021
Pentingnya Kemerdekaan Beragama dalam Potret Negara Bhinneka Tunggal Ika
November 8, 2021

Peran sosial media menjadi penting dalam berkominikasi di abad 21 ini. Banyak anak muda yang memanfaatkan media ini sebagai wadah berkreasi, bersuara, unjuk kebolehan, dan kemampuan diri. Namun ada pula beberapa anak muda yang belum bisa memanfaakannya dengan baik. Maka pentingnya untuk mengetahui media sosial lebih dalam lagi agar dapat memaksimalkan penggunaanya.

Media sosial juga dapat menjangkau pengetahuan tentan apapun yang ingin kita ketahui, salah satunya pengetahuan tentang agama. Banyak sekali sajian literasi dan visual yang menjelaskan tentang ajaran keagamaan. Lalu apakah akses pengetahuan agama yang bisa dijangkau oleh internet cukup kredibel untuk bisa kita percaya?

Hal itu disampaikan Ibnu Kharish LC, M.Hum pada Webinar Moderasi Beragama Seri ke-26 yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat 29 Oktober 2021.  

Dalam paparan Pemimpin Redaksi Bincangsyariah.com, yang disapa Ustad Ahong, membuat platform keislaman memang tak mudah dalam media soaial, apalagi mempunyai khazanah keislaman yang moderat. Ia menceritakan keterlibatannya saat membuat Bincangsyariah.com, yang kini menjadi salah satu media yang kredibel. Menurutnya, media sosial harus mempunyai referensi yang terpercaya sumbernya. Mengkaji kitab-kitab dan menyandingkannya dengan konteks terkini.

Menurut Ustad Ahong, media sosial bisa menjadi wadah kajian Islam secara komprehensif dan menjawab tantangan masa kini. Laman media sosial dapat menjadi perhatian lebih dari para pembaca berbagai kalangan pendekatannya. Melalui media sosial bisa juga membuat video tentang pertanyaan masalah muamalah dan syariah yang sangat relevan dengan keresahan generasi  muda saat ini. 

Bagi Ustad Ahong, belakangan ini banyak platform media yang berisi konten keislaman namun cara penyampaiannya dengan ujaran kebencian. Hal ini membuatnya khawatir dengan orang-orang yang melihat konten tersebut dan mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari.

 Penulis: Elvy Farhati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + eighteen =

English