Santri Milenial dalam Transformasi Penyuaran Narasi Agama di Era Digital

Jadi Santri = Buta Dunia Digital, Ternyata Salah Besar!
November 5, 2021
Ustad Ahong: Santri Berperan dalam Media Sosial
November 5, 2021

Jakarta, PPIM UIN – Era digital semakin di depan mata, kebutuhan manusia akan teknologi digital sudah tidak bisa dielakan lagi. Santri yang merupakan representasi generasi milenial dalam membangun perubahan sudah tentu harus bisa beradaptasi terhadap kehadiran industri digital ini. Lalu, bagaimana langkah pesantren yang merupakan institusi pendidikan agama bagi para santri untuk terus bisa bertransformasi menyuaran narasi-narasi keagamaan di era digital?

Pertanyaan itu dijawab Ibnu Kharish LC, M.Hum atau yang lebih dikenal dengan Ust. Ahong dalam webinar “Moderasi Beragama Seri ke-26” pada Jumat, (29/10), yang diselenggarakan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia untuk  merayakan semarak Hari Santri. Webinar ini mengangkat tajuk “Santri Milenial: Digital atau Ditinggal?”.

Pemimpin Redaksi Bincangsyariah.com mengakui, santri memang dapat dikatakan buta sama sekali dengan teknologi digital karena adanya larangan penggunaan telepon genggap di pesantren. “Meskipun demikian bukan berarti santri tidak dapat beradaptasi dengan dunia digital, karena santri dapat mempelajarin hal tersebut secara otodidak,” papar Ust. Ahong yang bersama teman-temannya di Al-Bukhari Institute saat pertama kali mendirikan Bincangsyariah.com. 

“Saya teringat perkataan ulama kita, ulama Nusantara Syekh Nawawi Banten bahwasannya seorang  muslim harus shalihun likulli zaman wa makan, harus beradaptasi dengan waktu dan tempat di mana dia hidup. Nah, dari motivasi itu walaupun kami buta terhadap dunia digital pada waktu itu tapi kami bertekad untuk mempelajarinya secara otodidak,” ujar Ust. Ahong. 

Ust. Ahong menjelaskan bagaimana Bincangsyarifah.com didirikan untuk merespon situs-situs keislaman yang saat itu mendominasi namun dengan narasi yang menakutkan dan menjurus kepada ekstremisme. Salah satu flatform yang sedikit meresahkan saat itu disebutkan oleh Ust. Ahong salah satunya adalah Millah Ibrahim yang dikelola oleh Aman Abdurrahman. Untuk itu hadirnya Bincangsyarifah.com ini adalah untuk mengimbangi narasi-narasi keagamaan sekelompok muslim yang pemahamannya keras. 

Ust. Ahong juga menyayangkan minimnya kesadaran pesantren-pesantren untuk melek digital, salah satunya, dengan memiliki situs web resmi pondok pesantren yang berisikan informasi mengenai pesantren itu sendiri. 

“Bagaiamana pesantren ini mau dikenal oleh orang banyak kalau mereka sendiri tidak membuat informasi secara digital baik aktif di media sosialnya dan di websitenya. Paling tidak itu dulu yang perlu dikembangkan oleh pesantren-pesantren di seluruh Indonesia.”, jelas Ust. Ahong.

Dimoderatori oleh Prof. Jamhari Makruf, Team Leader CONVEY Indonesia webinar dilaksanakan secara daring melalui media Zoom dan kanal Youtube CONVEY Indonesia juga PPIM UIN Jakarta. 

Penulis: Surnawati 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 + six =

English