dr.Tirta: Masyarakat Kebingungan Info Covid Akibat Pemerintah dan Media

Respons Tanggap Kendalikan Hoaks Pandemi Covid-19 di Kalangan Anak Muda
January 17, 2022
Counter Hoax dan Konspirasi Dengan Speak Up
January 17, 2022

PPIM UIN Jakarta – Mengawali tahun 2022, PPIM UIN Jakarta melalui program Convey Indonesia menyelenggarakan Launching Hasil Survei Nasional bertajuk “Anak Muda dan Covid-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh”. Acara ini digelar pada Rabu (5/1)  secara online melalui YouTube dan Zoom Meeting. Salah satu narasumber yang dihadirkan pada adalah dr. Tirta Mandira Hudhi atau lebih dikenal dr.Tirta. Selain dokter, ia juga pegiat media sosial (influencer) yang banyak memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan perilaku sehat dan Covid-19. Dalam kesempatan ini dr.Tirta banyak menjelaskan bagaimana perkembangan dan penanganan Covid-19 di Indonesia. 

Pandemi Covid-19 sudah dua tahun melanda Indonesia. Tentu ini sudah sangat menjemukan akibat pandemi yang tidak berkesudahan dan informasi yang berkembang sangat membingungkan. “Apa yang terjadi di Indonesia sejauh ini bisa dibilang beruntung karena kasus mirip-mirip dengan Jepang,  yang tiba tiba tinggi di bulan Juli-Agustus terus tiba tiba turun di bulan November-Desember. Bahkan ketika Omicron kasusnya naik di Indonesia, kasusnya masih terkontrol. Jadi ini harus bersyukur dan beruntung,” ungkap dr.Tirta.

Sebetulnya apa yang terjadi tentang varian Omicron di Indonesia ini unik, menurut dr.Tirta,  karena ada beberapa kemungkinan, dan yang paling besar adalah karena infeksi covid varian delta dan delta plus di bulan Juli-Agustus di mana jumlah masyarakat yang terinfeksi lebih besar daripada yang dilaporkan pemerintah. Sehingga sangat memungkinkan adanya kekebalan alami. Ditambah lagi dengan 2 kali dosis vaksin yang sudah disuntikkan membuat omicron di indonesia bisa terkontrol.

Lebih jauh menurut dr.Tirta bahwa perkembangan covid sangat dipengaruhi oleh peran media, salah satunya terkait dengan jenis mutasi covid yang terus berkembang. Sebenarnya virus corona ini akan terjadi terus bermutasi baik sebulan sekali, dua bulan sekali, tiga bulan sekali. Maka media harus benar dalam menginformasikan ini. Sayangnya apa yang ditemukan dr.Tirta itu media tidak sinkron dalam memberitakannya sehingga membuat masyarakat kebingungan. Misalnya informasi tentang adanya varian Flurona dimana terdapat orang yang terkena influenza tapi akhirnya juga terkena covid. Ini sebetulnya hal biasa tapi diberitakan (Flurona) sebagai mutasi baru

dr. yang viral karena caranya yang unik saat membuat konten medsosnya ini juga menyoroti bagaimana cara pemerintah dalam menyampaikan informasi Covid kepada masyarakat. Penyampaian informasi covid seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang kompeten dan cukup dilakukan oleh salah satu satu bidang, organisasi, atau satu kementerian saja. Jika terlalu banyak statement yang mengatasnamakan pemerintah mengenai covid dan omicron, yang terjadi adalah infodemik, yaitu terlalu banyak informasi yang beredar sehingga masyarakat bingung harus percaya yang mana. Akhirnya informasi yang dipercaya oleh masyarakat justeru informasi dari grup whatsapp karena dianggap lebih dekat dengan masyarakat. 

“Seandainya di kita itu ada dalam satu jarkom atau satu bidang atau satu lembaga yang memang mereka menginformasikan soal covid, itu oke. Nah sekarang itu kan ada tiga lembaga, pertama Kemenparfes, KNPCI, Kemenkes. sadar ga? kalau saya sih sudah sadar dari kemarin. Seperti contoh karantina, sekarang menjadi kontroversi baru, kemarin 7-14 hari terus sekarang 5 hari. terus debat lagi ada kubu 5 hari dan kubu 7 hari.  Lalu soal omicron, yang menyampaikan Kemenkes tetapi ada juga KNPCI lalu yang mengedukasi Kominfo. Jadi harusnya itu satu pintu dan dijarkomkan oleh media media ternama di Indonesia. Sehingga kita meminimalisir terjadinya misinformasi dan terjadi infodemik:,” ujar dr. viral ini. 

Launching hasil Survei Nasional PPIM UIN Jakarta yang digelar Rabu (5/1) ini juga dihadiri oleh narasumber lain diantaranya dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik), Sulfikar Amir, Ph.D. (Associate Professor of Sociology,NTU Singapore), Henny Supolo Sitepu, M.A. (Ketua Yayasan Cahaya Guru), dan Sakdiyah Ma’ruf, S.S., M.A. (Standup Comedian).

Penulis: Fahmi Imam F

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ten − 3 =

English