Counter Hoax dan Konspirasi Dengan Speak Up

dr.Tirta: Masyarakat Kebingungan Info Covid Akibat Pemerintah dan Media
January 17, 2022
“Mencerdaskan bangsa dimulai dari diri sendiri”
January 17, 2022

PPIM UIN Jakarta – dr.Tirta merupakan sosok yang fenomenal dalam mengedukasi masyarakat tentang Covid-19. Bagi kalangan milenial, dr.Tirta dikenal dengan sosok yang lugas, blak-blakan, dan lantang dalam berbicara bahkan seringkali kontennya viral di media sosial. PPIM UIN Jakarta melalui Convey Indonesia berkesempatan menghadirkan dr.Tirta Mandira Hudhi atau lebih dikenal dr.Tirta ada rabu (5/1) dalam acara Launching Hasil Survei Nasional bertajuk “Anak Muda dan Covid-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh”. Ia menyoroti bagaimana hoax dan konspirasi mudah berkembang terutama yang berkaitan dengan informasi Covid-19. 

Hasil survei ini menunjukkan kecenderungan sebanyak 20% responden mempercayai hoax atau teori konspirasi terkait COVID-19. Sejalan dengan ini dr.Tirta menyebut bahwa netizen sudah cukup cerdas. Covid sudah berlangsung selama dua tahun dan masyarakat sudah tidak memperdebatkan vaksin itu sebagai microchip. Ia menggaris bawahi bahwa konspirasi sebagai isu masa lalu yang sudah tidak relevan saat ini.

“Sekarang netizen kita sudah cerdas banget. Ketika saya ke beberapa kota, di jambi itu ada warga naik motor pakai masker tapi ga pakai helm. Artinya lebih takut sama covid daripada kecelakaan. Ambil efek positifnya, berarti warga aja sudah ngerti bahaya covid dan cara mencegahnya. jadi kalau bicara konspirasi, itu hanya segelintir orang karena sifatnya medsos itu bisa semuanya digoreng. Yang lebih faktual adalah google tren 2021 yaitu 10 besar isu kita itu justeru mengenai omicron, cara mencegah covid, vaksin 2 kali. jadi sudah jarang sekali percaya konspirasi,” tandas dr.Tirta.

Yang juga tidak kalah menarik, dr. Tirta menyinggung soal fenomena Joki Vaksin yang berkembang di masyarakat. Fenomena ini tentu sangat menyentil pemerintah karena menunjukkan pengelolaan vaksin ini kurang baik. 

“Joki vaksin 19 kali saja masih hidup. Itu malah keren. Maka saya berterimakasih kepada joki vaksin. Karena, satu, dia membuka ata kita bahwa database kita itu buruk. Dengan orang yang sama saja bisa divaksin 19 kali. Kedua, dia pahlawan yang membuktikan bahwa vaksin nggak berbahaya. Saya dua kali saja bingung, nah ini 19 kali. Masih hidup dan fine-fine aja. Justeru ini harusnya malah diteliti, berapa jumlah antibodinya vaksin ini di dalam dirinya. Saya berterimakasih sama joki vaksin yang akhirnya speak up,” tutur dr.Tirta

Di penghujung sesi, dr.Tirta mengajar seluruh peserta launching untuk speak up di media sosialnya masing-masing. Hal ini dilakukan agar orang-orang yang tidak kompeten di medsos tidak menguasai narasi yang berkembang. Karena ini akan berakibat fatal dimana akan terjadi misinformasi akibat ketidak kompetenannya seseorang dalam mengedukasi masyarakat tentang Covid khususnya. 

“Indonesia Itu engga kekurangan orang pintar, tapi indonesia itu kekurangan orang pintar yang bisa ngomong. Ini menjadi refleksi bagi kita yang menonton webinar ini, kalau kita merasa diri kita akademisi, speak up! dan ga usah takut. Jika akademisi ini tidak speak up, akhirnya orang orang yang mengisi adalah orang yang engga kompeten, yang akhirnya konspirasi itu berkembang. Akhirnya penyelamat-penyelamat fiktif yang dipercaya. Gimana cara mengkonternya? ya kita perbanyak orang pintar yang pandai ngomong. Jadi seharusnya yang mendengarkan webinar ini harusnya termotivasi, gw pinter, punya kompeten, gw kuliah di situ ko, jadi harus ngomong. Kalau kalian nggak ngomong, jangan salahkan orang yang akhirnya ga kompeten yang akhirnya eksis. Manfaatkan platform media sosial yang lain FB iG dll untuk tetap melambaikan pendapatnya di situ, sehingga masyarakat juga tercerdaskan,” ujar dr.Tirta saat menutup sesi webinar.

Launching hasil Survei Nasional PPIM UIN Jakarta yang digelar Rabu (5/1) ini juga dihadiri oleh narasumber lain diantaranya dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid. (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik), Sulfikar Amir, Ph.D. (Associate Professor of Sociology,NTU Singapore), Henny Supolo Sitepu, M.A. (Ketua Yayasan Cahaya Guru), dan Sakdiyah Ma’ruf, S.S., M.A. (Standup Comedian).

Penulis: Fahmi Imam F

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − 7 =

English