Jakarta, PPIM – Pandemi covid-19 menguak berbagai permasalahan pendidikan di pesantren. Hal ini disampaikan oleh Romzi Ahmad, Staf Khusus Presiden yang menangani Gugus Tugas Strategis, dimana pesantren menjadi bidang yang dikerjakannya. “Ketidaksiapan kebanyakan pesantren dalam menghadapi wabah ini terlihat dari banyak hal, mulai dari aspek guru, digital literasi, hingga re-orientasi pendidikan Islam di pesantren itu sendiri,” kata kiai yang akrab disapa Gus Romzi ini.
Menurut Gus Romzi, komunitas pesantren masih belum bisa menerima kenyataan bahwa covid akhirnya membuka kekurangan-kekurangan yang selama ini gagal diantisipasi oleh pesantren. “Bagaimana cara mentransfer, misalnya, akhlakul karimah, lewat pembelajaran digital?” tanyanya. Selama ini, para petinggi pesantren jarang sekali mendiskusikan hal-hal seperti ini.
Pesantren juga belum bisa melakukan adaptasi atas hasil riset-riset yang telah dilakukan. Kiai muda yang menjadi pengasuh beberapa pondok pesantren di Jawa Barat, Lampung, dan, Kalimantan ini menuturkan, “pesantren kita banyak yang gak meyakini atau ga menerima hasil riset. Makanya tadi saya mengaminkan bahwa terdapat 50% orang santri yang percaya bahwa covid adalah konspirasi Yahudi.” Ia juga menambahkan bahwa selain santri, para asyatidz di pesantren pun juga masih percaya konspirasi yang beredar di masyarakat.
Pandemi covid-19 ini bisa jadi momentum baik untuk mentransformasi pesantren. Pesantren bisa mulai mengadakan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan oleh para santri untuk menghadapi perubahan dunia. “Perlu pemecahan masalah yang kreatif, dan yang paling penting menanamkan kemampuan adaptasi bagi para santri di pesantren,” ujar Gus Romzi.
Salah satu Staf Khusus Presiden dari kalangan millenial ini juga mendorong transformasi di kalangan guru maupun ustadz. “Guru, tidak cukup jadi penyampai ilmu, tapi juga menjadi pelatih pembelajar yang secara sabar membantu santri menghadapi perubahan di era digital,” terangnya. Maka dari itu, Gus Romzi menyambungkan bahwa digital literasi menjadi salah satu komponen penting dalam mempercepat transformasi di pesantren. Hal ini ia sampaikan menanggapi hasil temuan penelitian dengan tema “Pesantren dan Pandemi: Bertahan di Tengah Kerentanan” yang dilaksanakan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui CONVEY Indonesia dan dirilis pada Launching Hasil Penelitian pada Rabu (19/1).
Penulis: Endi Aulia Garadian