Kegiatan Buletin Muslim Muda Indonesia (FGD II)

Workshop Design Milenial Peace Festival oleh Global Peace Foundation Indonesia
September 12, 2018
National Survey on Radicalism among Teachers and Lecturers
September 27, 2018

MEMPERKOKOH NARASI CINTA NKRI; Catatan Singkat Diskusi Buletin Muslim Muda Indonesia

Akhir pekan lalu, 1 September 2018, redaktur buletin Muslim Muda Indonesia (MMI) mengadakan focus group discussion (FGD) ke II. Diskusi hangat yang diadakan di Mercure Hotel Simatupang Lebak Bulus itu dihadiri oleh beragam kalangan. Mulai dari perwakilan pengurus masjid, organisasi mahasiswa, Ikatan Pemuda Muhammadiyah, IPNU, dosen, dai, peneliti The Policy Institute, MUI, dan PPIM UIN Jakarta. Jika FGD I yang diadakan awal Juli kemarin dihadiri oleh utusan dari Jakarta, Kota Tangerang, dan Tangerang Selatan, maka FGD II ini dihadiri oleh representasi Kota Bekasi, Depok, dan Bogor.

Diskusi yang berlangsung selama 3 jam tersebut fokus membincang buletin Jum’at yang beredar di masjid-masjid se-Jabodetabek, khususnya saat menjelang shalat Jum’at. Dari diskusi santai itu setidaknya ada dua hal yang menarik. Pertama, meskipun akses informasi lewat dunia digital semakin maju, namun, masyarakat masih terbiasa menggunakan cara konvensional untuk mendapatkan asupan ilmu dan pengetahuan. Salah satunya ialah lewat publikasi buletin Jum’at di masjid-masjid.

Yang penting kita cermati adalah ideologi yang menopang isi dan sajian masing-masing buletin di atas. Sebagaimana diakui oleh beberapa peserta diskusi bahwa ragam buletin yang beredar memiliki keragaman corak dan model isinya. Namun keberadaan beberapa buletin yang vokal menolak Pancasila dan NKRI perlu untuk diperhatikan. Sebagai misal, meskipun secara legal, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah dibubarkan, akan tetapi hingga kini, buletin terbitan saudara-saudara kita yang memperjuangkan sistem khilafah itu masih terus beredar.

Kedua, peserta diskusi sepakat bahwa perlu kiranya narasi diluruskan dengan narasi, bukan dengan kekerasan. Di titik inilah, keberadaan buletin-buletin yang mendakwahkan nilai-nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan perlu diinisiasi dan disebar luaskan. Dengan harapan, masyarakat mendapatkan alternatif narasi dan informasi yang berimbang dan produktif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, kolaborasi dan sinergi dari berbagai kalangan perlu dijalin dan dieratkan. Mulai dari pengurus masjid, dai, generasi muda, hingga perguruan tinggi dan masyarakat pada umumnya. Dengan harapan, Indonesia memiliki ketahanan ideologis yang kuat di tengah gencarnya ragam ideologi transnasional. Lebih dari itu, kita mampu menjinakkan dan (bahkan) melakukan de-ideologisasi atasnya.

Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty − 6 =

Indonesia