PPIM.UINJKT.AC.ID – “Dalam hubungan internasional, moderasi beragama merupakan program unggulan diplomasi Indonesia,” ungkap Abdurrahman Mohammad Fachir. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri ini menyampaikan hal tersebut dalam Webinar Series #ModerasiBeragama bertema “Moderasi Beragama & Diplomasi Kebudayaan” yang selenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (28/8).
Fachir menyebut moderasi beragama sebagai tema besar yang setia diusung Kementerian Luar Negeri Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bagaimana Indonesia yang majemuk budaya dan agama bisa bertahan hidup dalam harmoni.
“Sejak 2003, kemenlu menyelenggarakan program promosi dialog antar agama dan kebudayaan hingga saat ini sudah bekerjasama dengan 39 negara di dunia”, ungkap diplomat lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Melalui dialog, menurut Fachir, Indonesia menjadi negara yang paling aktif mempromosikan moderasi beragama melalui dialog lintas agama dan budaya. Dialog ini tidak hanya melibatkan tokoh agama tetapi juga akademisi dan media di berbagai negara. Selain ditujukan sebagai ajang berbagi pengalaman berbangsa di Indonesia, perjumpaan berbagai aktor yang berbeda ini dapat mengingatkan masyarakat sendiri bahwa moderasi beragama dan toleransi adalah DNA warga Indonesia.
“Keberagaman adalah sebuah keniscayaan, tetapi toleransi harus diperjuangkan.” Tegasnya.
Menurutnya, gerakan intoleransi yang eksklusif di Indonesia hanya dianut sedikit orang namun disuarakan dengan begitu massif. Untuk mengatasinya, masyarakat yang sejatinya inklusif harus diberdayakan agar toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan dapat terus bertahan di Indonesia. Salah satunya dalam bungkus dialog lintas agama dan budaya.
Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan setiap Jumat melalui kanal Youtube “PPIM UIN Jakarta” dan “Convey Indonesia”. Selain Fachir, diskusi yang dimoderatori oleh Team Leader Convey Indonesia, Jamhari Makruf, ini dihadiri juga oleh sejumlah Atase Pendikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia dari berbagai negara seperti Prof. Mustari (KBRI Bangkok, Thailand), Dr. Din Wahid (KBRI Den Haag, Belanda), dan Dr. Lili Nurlaili (KBRI Manila, Filipina).
Penulis: Aptiani Nur Jannah
Editor: M. Nida Fadlan, Aziz Awaludin