PPIM.UINJKT.AC.ID –
“Mereka (masyarakat Filipina, red) meminta ke saya melalui Duta Besar agar di Filipina ada Pancasila, karena menurut mereka sangat bermanfaat sekali, untuk saling menghargai, dan memiliki toleransi yang tinggi seperti di Indonesia,” ujar Lili Nurlaili dalam webinar series #ModerasiBeragama dengan tema “Moderasi Beragama dan Diplomasi Kebudayaan” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program Convey Indonesia, Jumat (4/9).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Manila ini menyampaikan hal ini saat merespon saran Team Leader Convey Indonesia, Jamhari Makruf, untuk membantu menyekolahkan masyarakat muslim Marawi dan Mindanao ke Indonesia. Jamhari beralasan hal ini untuk merajut hubungan intelektualitas ulama Indonesia-Mindanao yang sejak lama telah terjalin.
Lili menjelaskan kondisi terkini di Marawi, Filipina Selatan, yang kerap kali dilanda konflik sosial. Kota ini adalah satu-satunya daerah di Filipina yang masih memiliki kerajaan sendiri yang beribukota di Cotabato City. Kondisinya pun hingga saat ini masih mencekam.
“Marawi sekarang sudah rata dengan tanah. Itu bukan peperangan antara Islam dengan Kristen, tapi antara Islam dengan Islam, yang sama-sama ingin jadi pemimpin, pemimpin yang lama kalah, dan dimenangkan oleh pemimpin yang baru, tapi sama-sama Islam, akhirnya main bom sana bom sini, akhirnya sekarang rata dengan tanah. Sampai masjidnya yang terbesarpun sudah tidak ada”, demikian lulusan IKIP Jakarta ini menjelaskan.
Berbagai masalah yang kerap terjadi di perbatasan antara Filipina, Indonesia dan Malaysia, sehingga diadakanlah pertemuan antara ketiga negara tersebut pada 2017. Hasilnya adalah 15 poin kesepakatan. Salah satunya bersepakat untuk melawan wacana ekstremisme melalui pendidikan, keterlibatan masyarakat termasuk keterlibatan pemimpin agama dan promosi toleransi, moderasi dan kesatuan dalam keragaman.
Selain giat mempromosikan pesan keagamaan yang damai, diplomasi kebudayaan juga dilakukan oleh KBRI di Filipina melalui program “Glimpe of Indonesia”. Agenda ini menyuguhkan tarian dan nyanyian dari berbagai universitas dari Indonesia yang diselenggarakan di beberapa universitas di Filipina. Selain itu, ada juga gelar pentas dan seni setiap 4 bulan sekali, Festival Budaya Indonesia dan Filipina setiap 6 bulan sekali selama tiga hari berturut-turut, penyelenggaraan kursus Bahasa Indonesia, lomba story telling dan pidato setiap tahun, pelatihan membatik setiap minggu, pelatihan menari, fashion show, dan lain sebagainya.
Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan setiap Jumat melalui kanal Youtube “PPIM UIN Jakarta” dan “CONVEY Indonesia”. Selain Lili, diskusi yang dimoderatori oleh Team Leader Convey Indonesia, Jamhari Makruf, ini dihadiri juga oleh Abdurrahman M. Fachir (Wakil Menteri Luar Negeri 2014-2019) dan sejumlah Atase Pendikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia dari berbagai negara seperti Dr. Din Wahid (KBRI Den Haag, Belanda), dan Prof. Mustari (KBRI Bangkok, Thailand).
Penulis: Herda Maulida
Editor: M. Nida Fadlan