CSRC.OR.ID – Saat ini kita dihadapkan pada masalah mudahnya penyebarluasan narasi keislaman yang mengandung pemahaman dan ideologi yang radikal dan bernuansa ekstremisme kekerasan di kalangan masyarakat. Yang lebih mengkhawatirkan, narasi ekstremisme kekerasan dan radikalisme ini paling banyak menyasar generasi muda muslim milenial. Salah satu faktor penyebabnya adalah minimnya literatur keislaman yang mampu memberikan jawaban keagamaan atas berbagai masalah struktural dan sosial yang dihadapi oleh umat Muslim maupun tokoh yang mempunyai akses interaksi mudah dengan generasi muda. Akibatnya, mereka mencari jawaban terhadap berbagai masalah di atas dari sumber-sumber bacaan yang dapat dengan mudah diakses di media digital dan media sosial. Sayangnya, narasi keislaman yang dijumpai di media digital umumnya diwarnai oleh pemahaman dan ideologi keagamaan yang cenderung radikal dan ekstremis (Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, 2018; PPIM UIN Jakarta, 2017).
Ironisnya, narasi keislaman yang bercorak radikal dan bernuansa ekstremisme kekerasan juga marak terjadi di masjid-masjid. Kurangnya pengawasan Takmir masjid dan minimnya jumlah Imam/Khatib yang berwawasan keislaman moderat diyakini berkontribusi terhadap menguatnya narasi intoleran, radikal, dan bahkan ekstremis yang disebarkan melalui media khutbah, pengajian, dan buletin jum’at di masjid.
Karenanya, para Takmir, Imam, dan Khatib masjid yang akan terlibat dalam program pelatihan ini dapat membantu mempromosikan persatuan dalam umat Islam, mencegah terjadinya kekerasan, memediasi konflik antara masyarakat dan kaum Muslim, dan selanjutnya, mempromosikan Islam sebagai agama yang meneduhkan dan mencerahkan bagi sekelilingnya. Dalam desain program, pendekatan pelatihan akan bersifat interdisipliner, antaragama dan antar budaya. Tujuannya adalah untuk memperkuat pengembangan kapasitas Takmir, Imam, dan Khatib sebagai aktor yang dapat berperan membantu penyebarluasan pengetahuan dan perspektif yang lebih moderat sambil menghubungkannya dengan setiap isu dan wacana kontemporer, baik dalam konteks teologis, kebangsaan, maupun kewargaan. Termasuk juga memperkuat peran mereka sebagai pengelola masjid dalam mengembangkan atmosfer yang lebih positif, moderat dan bernuansa milenial tanpa mengesampingkan topik utama seputar merasuknya ekstremisme bernuansa kekerasan terutama kepada kaum muda Muslim sebagai kelompok yang paling rentan terpengaruh.
Dalam mengawali program ini dan guna memastikan kualitas pelaksanaan program dari sejak awal hingga akhir, CSRC UIN Jakarta telah melaksanakan Workshop Desain Program pada 3-5 Juli 2018. Salah satu bahasan dalam workshop tersebut adalah mengenai desain modul pelatihan yang akan menjadi bahan utama dalam pelaksanaan pelatihan untuk Takmir masjid, Imam, dan Khatib yang nantinya akan diselenggarakan. Kegiatan selanjutnya yang telah dilaksanakan adalah pengumpulan data lapangan need assessment di 7 lokasi pelatihan, yaitu: Banda Aceh, Palembang, Jakarta, TasikmalayaGarut, Manado, Ambon, dan Mataram. Proses tersebut saat masih dalam tahap finalisasi laporan daerah, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi relevan dalam perumusan desain modul pelatihan untuk Takmir masjid, Imam, dan Khatib.
Terkait dengan hal di atas, sebagai tindaklanjut paska Workshop Desain Program dan Need Assessment, CSRC UIN Jakarta akan menyelenggarakan Workshop Pengembangan Modul pada 13-15 Agustus 2018. Secara umum workshop ini ditujukan untuk mendiskusikan secara mendalam temuan need assessment dan diharapkan dapat menghasilkan desain modul pelatihan, yang mencakup tujuan, materi dan kisi-kisi modul yang akan disusun, penyusun/penulis modul, desain dan metodologi pelatihan, dan jadwal penyusunan/penulisan modul pelatihan. Hasil dari workshop ini diharapkan ke depannya dapat menjadi panduan bagi penyusunan modul pelatihan dan pelaksanaan pelatihan literasi kegamaan untuk Takmir masjid, Imam, dan Khatib.
Peserta Workshop Pengembangan Modul ini terdiri dari: manajemen program; internal CSRC UIN Jakarta; PMU CONVEY PPIM-UNDP; peneliti need assessment; Takmir masjid, Imam dan Khatib; notulen; dan kelompok kepentingan lainnya.