Workshop Multistakeholders Jawa Tengah: Munculnya Inisiasi Membentuk Jateng Forum

Workshop Multistakeholders Jawa Timur: Pergub Toleransi Harus Segera Disahkan
Oktober 22, 2018
Pelatihan Untuk Fasilitator dan Trainer: Lahirnya Para Penggerak Perdamaian
Oktober 22, 2018

PUSHAMSURABAYA.OR.ID – Jumat 28 Agustus 2018, Pusham Surabaya menyelenggarakan workshop bertema “Menyusun Strategi untuk Menciptakan Dekteksi Dini dalam Rangka Pencegahan Terorisme di Kota Semarang.” Kegiatan tersebut bertempat di Hotel Grandhika dan dihadiri oleh pelbagai elemen masyarakat dari sipil sampai pemerintah yakni meliputi, DPRD Provinsi Jawa Tengah, DPRD Kota Semarang, Bakesbangpol, Kepolisian dan perwakilan warga kota Semarang. Kegiatan berlangsung mulai Jum`at 28 Agustus dan selesai Sabtu 29 Agustus 2019.

Workshop dimulai dengan sambutan yang disampaikan dari pihak Pusham Surabaya. Bambang Budiono, selaku Direktur Pusham Surabaya menyampaikan latar-belakang lembaga yang dipimpinnya. Sejak tahun 2004, Pusham Surabaya telah mendampingi reformasi di tubuh kepolisian, khususnya Jawa Timur. Selain itu, Pusham juga berperan aktif dalam pembentukan Polisi Masyarakat (Polmas).

Bambang Budiono menegaskan bahwa pada prinsipnya, pemolisian harus berdasarkan hak asasi manusia. Dalam konteks ini, Pusham sering diminta untuk mengisi soal pemolisian yang memuat unsur-unsur hak asasi manusia. Beberapa tahun terakhir, Pusham sendiri kemudian menggandeng PPIM UIN Jakarta, untuk membuat sistem deteksi dini untuk menangkal radikalisme berbasis SARA. Dalam hal ini, Bambang Budiono menyampaikan bahwa Pusham mendorong sinergisitas RT/RW, Satpam Kampus, dan Satpam perumahan untuk membentuk sistem deteksi dini. Di tingkat provinsi, Pusham mendorong komunikasi yang baik antara pimpinan universitas, politisi, dan aktivis.

Sambutan lainnya disampaikan oleh Suwondo perwakilan dari Bakesbangpol Provinsi Jawa Tengah. Beliau menyampaikan permintaan maaf karena kepala Bakesbangpol tidak bisa menghadiri acara. Suwondo, menyampaikan bahwa Provinsi Jawa Tengah menjadi tempat penyebaran terorisme dan radikalisme. Beliau mengidentifikasi bahwa intoleransi  adalah titik-awal pertumbuhan radikalisme. Oleh karena itu, hal tersebut mesti ditanggulangi secara serius.

Acara kemudian dilanjut dengan pemaparan hasil FGD Kota Semarang. Johan Avie menyampaikan hasil FGD yang diselenggarakan di Semarang. Menurutnya radikalisme di Semarang sudah menyusup pada ruang publik seperti di mushola Rumah Sakit. Ia mendapat informasi tersebut dari salah satu peserta diskusi. Johan mengingatkan bahwa Kota Semarang punya potensi besar terpapar radikalisme. Untuk itu perlu adanya sistem yang membendung pertumbuhan paham tersebut.

Setelah pemaparan Johan selesai, acara disambung dengan perkenalan antara peserta. Budi Susanto dipercaya sebagai fasilitator untuk mengatur forum. Perkenalan pun dimulai. Para peserta beberapa mulai bercerita identitas dirinya.

Seusai perkenalan, acara langsung diisi oleh materi tentang “Membangun Sistem Deteksi Dini dalam Mencegah Terorisme di Jawa Tengah. Materi tersebut disampaikan oleh Budianto ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme di Jawa Tengah. Dalam materinya, ia mengajak peserta untuk mencegah persebaran terorisme di Jawa Tengah. Ia juga menunjukkan data BNPT bahwa Jawa Tengah menjadi zona merah, zonanya terorisme.

Setelah itu, materi selanjutnya tentang “Peta dan Modus Gerakan Terorisme di Indonesia.”  Materi disampaikan oleh Prof. Amin Abdullah dari UIN Sunan Kalijogo Jogjakarta. Menurutnya gerakan radikal maupun terorisme bisa tumbuh subur karena wawasan cekak guru agama (Islam). Para guru agama, rata-rata tidak mengetahui kontestasi Islam di kancah dunia. Seperti diskursus tentang golbal salafism. Guru-guru tersebut hanya mendapat asupan pengetahuan fiqh saja. Padahal itu saja tidak cukup. Namun yang paling mendasar adalah bagaimana pengajaran agama dilakukan tidak sampai menyentuh for better man society. Prof. Amin Abdullah mengevaluasi pendidikan agama di Indonesia yang tidak peka terhadap ancaman radikalisme dan terorisme. Padahal pendidikan agama seharusnya mampu untuk mencegah adanya radikalisme dan terorisme di Indonesia.

Setelah sesi tersebut usai, acara langsung dilanjutkan dengan sesi diskusi. Sesi diskusi tersebut difasilitatori oleh Akhol Firdaus. Ia mengajak peserta untuk membincang problem radikalisme dan terorisme di Semarang. Dalam sesi diskusi tersebut, forum berhasil merumuskan rekomendasi penting dan berhasil membuat forum multi-stakeholders di Jawa Tengah. Akhol Firdaus turut membantu dalam merumuskan pokok-pokok rekomendasi yang di Jawa Tengah. Adapun rekomendasi yang signifikan dihasilkan oleh Workshop kali ini adalah dibentuknya Forum Multistakeholders Jawa Tengah.

 

sumber : http://pushamsurabaya.or.id/workshop-multistakeholders-jawa-tengah-munculnya-inisiasi-membentuk-jateng-forum/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

thirteen + 10 =

Indonesia