ISLAMCINTA.CO – Indonesia diprediksi akan menikmati suatu era langka yang disebut sebagai bonus demografi pada tahun 2030-2040. Sebuah kondisi di mana jumlah usia produktif (15-64 tahun) diproyeksikan berada pada grafik tertinggi sepanjang sejarah bangsa ini, yakni mencapai 64 persen dari total 297 juta jiwa penduduk Indonesia. Keadaan ini tentu sangat menggembirakan jika dapat dimanfaatkan secara baik. Namun demikian, yang patut digarisbawahi tebal-tebal, generasi yang menempati proporsi signifikan dalam peta demografi Indonesia ke depan adalah mereka yang saat ini hidup dalam situasi sosial-keagamaan yang mengarah pada penguatan konservatisme dan identitas keagamaan.
Tengok saja ragam hasil riset tahun-tahun terakhir yang memperlihatkan buruknya kondisi makro dan mikro kebebasan beragama/berkeyakinan di Indonesia. Kondisi demikian bahkan telah merasuki kalangan muda dan ruang-ruang pendidikan. Misalnya survey Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta pada tahun 2017 terkait keberagamaan Muslim Gen-Z, yang menemukan 37,71 persen generasi muda Muslim menyetujui jihad sebagai “qital” dan terutama ditujukan melawan non-Muslim. Demikian pula, mereka menyetujui bahwa aksi teror bom bunuh diri adalah jihad Islam. Selain itu, 61,91 persen memahami bahwa kekhilafahan merupakan bentuk pemerintahan yang diakui dalam Islam. Melalui survei tersebut, terlihat bahwa meskipun belum menjadi bara api yang mematikan, namun angka kuantitatif di atas laksana api dalam sekam. Salah satu penyebab yang kemudian dianggap paling bertanggung jawab atas kondisi tersebut adalah kemenangan kelompok konservatif dalam merebut ruang-ruang baca generasi muda, sebagaimana temuan riset tim peneliti dari Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2017-2018 lalu.
Karenanya sejak tahun 2018 lalu, Gerakan Islam Cinta (GIC) bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta dan CONVEY Indonesia membuat terobosan melalui Literasi Cinta.
Tak tanggung-tanggung, 20 buku literatur populer mengenai Islam ramah bergenre pop culture diproduksi dengan kemasan kreatif dan menarik, agar dapat menarik intensi kalangan muda. 500 eksemplar buku cetak dari masing-masing judul disebarkan, di samping disediakan fasilitas download gratis buku-elektronik untuk masing-masing judul agar buku-buku tersebut dapat terdistribusi dengan baik, khususnya melalui klub baca (reading club).
Di tahun 2018 lalu juga, GIC mengadakan Roadshow Literasi Cinta ke berbagai kota di Indonesia seperti Bukittinggi, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Melalui kegiatan yang merupakan kerjasama dengan berbagai organisasi, komunitas baca akar rumput, dan pemuda penggerak perdamaian di beberapa kota di Indonesia ini, buku-buku program Literasi Cinta ini dibagikan dan dibedah, serta pesan-pesan damainya juga disebarkan melalui media sosial dengan hashtag #AyoSebarkanCinta dan #MeyakiniMenghargai.
Dampak positif langsung terlihat dari respon atas kegiatan yang dilakukan di berbagai kota tersebut. “Kegiatan ini menjadi angin segar yang sangat menyejukkan. Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini karena mahasiswa dan pemuda di Bukittinggi sangat membutuhkannya”, demikian ungakapan Dr. Gazali, M.Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi. Sebagai bentuk apresiasi mendalamnya, IAIN Bukittinggi langsung mengikat GIC dengan pakta Memorandum of Understanding (MoU) dan menjadi tempat pertama peluncuran Reading Club Gen Islam Cinta. Pada acara tersebut, hadir para dosen, ratusan mahasiswa dari berbagai program studi yang ada di IAIN Bukittinggi dan kalangan aktivis dari berbagai organisasi pemuda dan perdamaian di Bukittinggi.
Ungkapan senada dilontarkan pula oleh Muhammad Said, Peneliti ISAIs UIN Yogyakarta, “Program Literasi Cinta menjawab semuanya: Mengumpulkan penulis literasi Islam yang moderat, memberikan akses kepada bacaan itu lewat berbagai acara menarik bahkan memfasilitasi beragam diskusi serta membentuk kelompok-kelompok baca yang akan memiliki nafas yang panjang untuk sebuah pergerakan jika dikelola dengan strategi yang tepat sejak awal. Dengan adanya kegiatan Roadshow Literasi Islam Cinta di Yogyakarta, anak muda Yogya jadi semakin banyak yang tahu bahwa ada sebuah gerakan anak muda yang perlu dan penting buat disuarakan.”
Di Bandung, kegiatan Peace Roadhow dalam bentuk bincang buku dan bazaar buku dengan melakukan kampanye sosial “pay with your smile” di alun-alun Kota Bandung pada saat Car Free Day (CFD), memperoleh sorotan masssif dan positif dari berbagai portal media online dan offline seperti Kompas, Harian Jabar, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, dan lainnya. Pada puncak kegiatannya, Roadshow Literasi Islam Cinta diselenggarakan di One Bellpark Mall Jakarta Selatan. Ragam kegiatan yang dilaksanakan mulai dari Lomba Desain dan Baca Puisi, Peluncuran dan Pameran 20 Buku Populer Serial Gen Islam Cinta, serta Talk Show Literasi Cinta yang mampu menarik atensi ratusan pengunjung dari berbagai kalangan, baik tua maupun muda.
Melihat cerita sukses dan tingginya atensi masyarakat, terutama kawula mudanya, maka pada tahun 2019 ini GIC kembali bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta dan CONVEY Indonesia menyelenggarakan Roadshow Literasi Cinta ke berbagai kota. Adapun kota-kota yang menjadi tujuannya adalah Banjarmasin (18-19 September), Bandar Lampung (23-24 Oktober), dan Surabaya (6-7 November).
Secara umum, kegiatan Roadshow Literasi Cinta pada tahun 2019 ini bertujuan untuk untuk menyebarkan pengetahuan agama moderat dan mendorong generasi muda untuk: (1) memiliki pemikiran kritis dan terbuka; (2) mendukung pertemuan antaragama dan mempromosikan visi yang terbuka, inklusif, moderat, egaliter, dan toleran di kalangan pemuda; (3) meningkatkan kesadaran publik tentang keragaman dan ancaman ekstremisme dan radikalisme serta pentingnya merangkul dan melestarikan keanekaragaman; dan (4) mengumpulkan kaum muda dan mendukung mereka sebagai agen perdamaian.
Senafas dengan kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tahun 2018, Roadshow Islam Cinta pada tahun ini juga akan membagikan dan membedah buku-buku serial Gen IC (Gen Islam Cinta), serta pesan-pesan damainya juga disebarkan melalui ajang kolaborasi dan aksi di media sosial dengan hashtag #AyoSebarkanCinta dan #MeyakiniMenghargai. Namun berbeda dengan program di tahun sebelumnya yang lebih menyasar generasi milenial di perguruan tinggi dan umum, fokus program di tahun lebih merangkul siswa tingkat menengah atas (SMA/Sederajat) atau kelompok Gen-Z.