Jakarta, PPIM – Kamilia Hamidah, Peneliti Riset Ketahanan Pesantren terhadap Radikalisme Convey Indonesia, menyebutkan ada faktor resiliensi yang menyebabkan paham radikalisme sulit masuk ke dalam lingkungan pesantren. Kamilia memaparkan hal ini dalam Webinar Series #ModerasiBeragama bertema “Santri Sebagai Pelopor Moderasi Beragama” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (23/10).
“Resiliensi atau ketahanan sebetulnya adalah daya lenting atau the power off adabtability. Maksudnya adalah kekuatan pesantren untuk beradaptasi dalam situasi dan juga dinamika sosial yang ada,” ungkap Kamilia.
Membahas soal pesantren, menurut Kamilia, ada beberapa berita di media yang membahas beberapa pelaku-pelaku pengeboman yang melibatkan alumni pesantren. Perbuatan oknum ini telah menyeret nama pesantren ke pusaran radikalisme dan ekstremisme. Meski demikian, Kamilia menyebut faktor resiliensi inilah yang menyebabkan pesantren tetap bertahan hingga saat ini.
Untuk itu, Kamilia mendorong agar pesantren terus meningkatkan level ketahanan tersebut dengan memperhatikan empat hal. Pesantren harus menjauhkan diri dari kontak dengan ideologi radikal. Kedua, mendeligitimasi ideologi radikal. Ketiga, menghilangkan kebencian. Dan, keempat, mengatasi umat islam terdholimi.
“Empat hal inilah yang perlu diperkuat dalam pesantren,” ungkap Kamilia.
Webinar Moderasi Beragama ini dilaksanakan setiap Jum’at melalui kanal Youtube “PPIM UIN Jakarta” dan “Convey Indonesia”. Selain Kamilia, diskusi yang dimoderatori oleh Team Leader Convey Indonesia, Jamhari Makruf, ini menghadirkan narasumber lainnya yaitu, Oman Fathurahman (Staf Ahli Menteri Agama, Pengampu Ngariksa) dan Dito Alif Pratama (Founder Santri Mengglobal Nusantara).
Penulis: Humairah
Editor: Zhella Apriesta, M. Nida Fadlan