NETRALNEWS.COM – Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Saiful Umam ungkap, Guru Madrasah miliki opini cenderung lebih intoleran pada pemeluk agama lain. Kata Saiful, hal ini terjadi dibandingkan dengan guru sekolah.
Demikian disampaikan Saiful dalam Launching Hasil Survei Nasional PPIM – Pelita yang Meredup: Potret Keberagamaan Guru Indonesia, Selasa (16/10/2018).
“Betapa pun hal ini bisa dipahami karena sifat pendidikan madrasah yang homogen. Namun berbagai program yang memberikan kesempatan kepada Guru Madrasah untuk meningkatkan pengalaman kemajemukan perlu dilakukan,” jelas Saiful.
Untuk itu, perlu berbagai program yang memberikan kesempatan pada Guru Madrasah untuk mendapat pengalaman dalam lingkungan yang majemuk dan beragam. Selain itu meningkatkan religius literasi pada Guru Madrasah agar lebih mengenal agama dan kelompok yang berbeda.
Salah satu cara yang efektif untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan kemajemukan para guru baik yang mengabdi di sekolah/madrasah negeri maupun swasta adalah pemberdayaan lembaga-lembaga yang memproduksi guru, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Hal itu harus menjadi prioritas utama sebagai bagian dari upaya pencegahan meluasnya paham intoleran dan eksklusif.
“Hal yang sama juga harus dilakukan pada lembaga Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PPKB). Ini akan menjadi garda depan yang menciptakan “pelita” yang mampu menerangi jalan peserta didik dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara,” terang Saiful.
Untuk diketahui, target populasi survey PPIM 2018 adalah 2.237 guru Muslim di sekolah/madrasah pada tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/K/MA yang mengampu semua mata pelajaran di Indonesia. Guru merupakan pengajar Bahasa, Matematika dan IPA (MIPA), Ilmu Sodial, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kesenian dan Keterampilan, Bimbingan dan Konseling, Guru Kelas, Kepala Sekolah (tidak mengajar) dan lainnya.
Survei dilakukan dalam rentang waktu antara 6 Agustus sampai dengan 6 September 2018. Sampel penelitian diambil dari 34 provinsi di Indonesia, dimana pada setiap provinsi dipilih kabupaten/kota secara acak berdasarkan teknik probability proporsional to size (PPS) pada jumlah guru yang ada di tiap provinsi di Indonesia. Jumlah sekolah itu baik yang di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun di bawah Kementerian Agama (Kemenag).
Dari proses pemilihan kabupaten/kota, diperoleh 767 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota terbanyak yang terpilih menjadi sampel adalah pada provinsi yang memiliki jumlah guru terbanyak, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Sementara jumlah guru yang paling sedikit berada di provinsi Kalimantan Utara.
Dari jumlah kabupaten/kota terpilih, ditentukan sekolah/madrasah secara random yang juga menggunakan teknik PPS. Setelah sekolah/madrasah ditentukan dengan proses random, maka petugas survei mendapatkan kerangka sampel guru Muslim yang ada di sekolah terpilih.
Untuk menentukan sampel guru di sekolah/madrasah terpilih, PPIM menggunakan teknik circular systematic random sampleberdasarkan jenis kelamin guru. Hal ini dilakukan agar proporsi jumlah sampel guru yang berjenis kelamin laki-laki adalah sama dengan jumlah guru laki-laki di sekolah tersebut. Begitu pula pada guru perempuan.