Menghadirkan Narasi Alternatif Lewat “Reaction Video” oleh Ustadz Sejuk

PUSAD Yayasan Paramadina Gelar Lokakarya Penyuluh Agama di Ambon
Desember 3, 2018
Millennials Peace Camp (MP-Camp) 2018 “Belajar Hidup Damai Dalam Perbedaan ala Milenial”
Desember 17, 2018

MILENIALISLAMI – Setelah menyelesaikan proses kompetisi dan workshop bagi para finalis, Milenial Islami kini gencar mensyiarkan ratusan karya populer peserta yang mengandung pesan damai dan kesejukan dalam Islam.

Selain dalam rangka menyebarluaskan pesan damai, publikasi hasil karya para finalis bertujuan untuk mengamplifikasi gerakan bersama yang kini mulai ramai di kalangan generasi muda dan tersebar terutama di ranah maya, yaitu #meyakinimenghargai yang berarti meyakini Islam di hati, menghargai keragaman insan di bumi. Pesan ini muncul pada setiap karya yang dibuat oleh generasi muda, baik esai, video singkat, video animasi, video blog, foto, meme, dan komik. Di samping membagikan hasil karya finalis melalui buku kepada generasi muda, komunitas, organisasi, dan institusi yang bergerak di bidang perdamaian, pendidikan, dan keagamaan, hasil karya juga secara masif disebar lewat media online (internet dan media sosial).

Salah satu terobosan Milenial Islami x Convey Indonesia berikutnya adalah “Reaction Video” terhadap karya finalis yang disampaikan oleh ustadz sejuk. Disebut sejuk, karena syiarnya selalu damai dan mengajak pada kebaikan, bukan pada permusuhan. Medium video memang sedang menjadi tren di era milenium saat ini, termasuk dengan hadirnya berbagai video dakwah di Youtube maupun Instagram. Ratusan juta masyarakat Indonesia menggandrungi video-video semacam ini, hingga tak sedikit pula yang viral, dan tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa video yang viral adalah yang bermuatan paham ekstremisme dan radikalisme bernuansa kekerasn.

Milenial Islami menanggapi maraknya penyebaran video bermuatan negative yang dikemas dalam bentuk syiar, dan berinisiatif untuk memproduksi video syiar namun dengan narasi-narasi alternatif. Narasi yang dihadirkan tentu saja berkaitan dengan #meyakinimenghargai yang diharapkan bisa menjadi penyembuh amarah dan mencegah bibit-bibit kebencian dan permusuhan di antara sesama. Meyakini keimanan di hati, tak lantas menjadikan kita untuk tidak menghargai yang lain. Tema ini pula yang diusung oleh Milenial Islami selama kompetisi berlangsung.

Beberapa contoh dari tema yang akan diusung oleh masing-masing video antara lain Fiqih bermedia sosial; Apa sih kata Al-Qur’an tentang hate speech; dan Mengulas quote ter-bikin-baper Imam Syafi’i: “Aku benar tapi mungkin salah; serta masih banyak lainnya. Tema-tema ini akan dihubungkan dengan karya-karya yang diciptakan para finalis Kompetisi Milenial Islami 2018.

Video dengan tema “Fiqih Bermedia Sosial” misalnya, akan ditautkan dengan komik “Bersama Tak Harus Sama”, karya dari Amiddana Ila Salsabila. Komik ini menceritakan seseorang yang percaya begitu saja dengan apa yang tersaji di media sosial sehingga tidak mau menghadiri undangan kegiatan yang dilakukan oleh orang dari yang berbeda keyakinan.

Produksi video ini akan melibatkan Ustadz Irfan Sarhindi, seorang ustadz muda yang juga aktif sebagai pengasuh Pondok Pesantren Salamul Falah, Cianjur. Ustadz Irfan yang juga terlibat dalam Workshop Finalis Kompetisi Milenial Islami 2018 lalu. Selain masih muda namun cerdas dan gemilang prestasinya, Ustadz Irfan juga sangat piawai dalam public speaking, mampu menghadirkan “kedekatan” dengan target audience melalui gaya bahasa dan tutur kata yang menyejukkan. Pengetahuannya luas akan Islam, wasathiyah dalam beragama, berpikir luas dan terbuka pada semua aspek hidup di alam –sebab Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, dan kemampuan komunikasinya pun sangat membuat damai hati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × four =

Indonesia