MILENIALISLAMI.ID – Di tengah kesibukan sekolah mempersiapkan upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, pelatihan konten digital Milenial Islami 2018 digelar di SMK Muhammadiyah Ambon, Maluku. Pelatihan yang digelar pada 16 Agustus 2018 lalu membuka empat kelas pelatihan, yaitu Kelas Esai, Kelas Komik, Kelas Foto, dan Kelas Video, dan diikuti oleh lebih dari 100 siswa sekolah tersebut.
Pelatihan di Ambon ini cukup istimewa karena dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Maluku, Mohammad Saleh Thio, yang juga sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya, Thio menyatakan rasa terima kasih atas hadirnya pelatihan konten yang mengambil tema #meyakinimenghargai “meyakini Islam di hati, menghargai keragaman insan di bumi. Terlebih apa yang menjadi misi Milenial Islami dalam pelatihan ini yaitu, memberikan pengetahuan kepada remaja untuk dapat membuat konten Islami yang sejuk dan damai serta mencegah berkembangnya pemahaman dan perilaku ekstrimisme, amat dibutuhkan oleh anak muda saat ini.
“Katong (kita) harus benar-benar bisa memanfaatkan pelatihan konten Milenial Islami ini, agar semakin bisa meningkatkan pengetahuan yang dimiliki,” ujar Thio kepada para peserta. Beliau juga menyatakan harapan agar para peserta dapat mengikuti kompetisi Milenial Islami 2018 yang tengah berlangsung. “Ini kesempatan langka yang harus dimanfaatkan oleh kita semua,” imbuhnya.
Pelatihan konten digital Milenial Islami di Ambon, merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang diadakan di 10 kota di Indonesia. Selain Ambon, pelatihan juga digelar di Jakarta, Depok, Bogor, Bandung, Cirebon, Solo, Jogja, Padang, dan Aceh. Di setiap kota, pelatihan diisi oleh para praktisi yang kompeten di bidangnya masing-masing. Sebut saja Orizon Astonia, seorang sutradara film pendek yang menjadi narasumber di kelas Video. Sementara Wahyu Arya, seorang penulis buku yang juga wartawan, mengisi kelas Esai.
Selain memberikan materi pengetahuan teknis konten digital, para praktisi yang bertindak sebagai narasumber ini juga menyampaikan pesan akan pentingnya para remaja untuk bisa menjadi muslim yang cinta damai, menghargai perbedaan, dan menghindari tindakan yang radikal dan ekstrim.
Tidak hanya menyampaikan pesan, di sesi praktik pembuatan karya pun, para narasumber memberikan instruksi untuk membuat konten dengan nilai Islam yang sejuk dan menghargai perbedaan. Di Kelas Esai misalnya, hasil karya peserta pun cukup beragam dalam mengangkat sudut pandang yang mengandung nilai tersebut. Mulai dari pembahasan tentang posisi perempuan dalam agama, hingga toleransi dalam ragam agama di tanah air.