“SIMFONI” KERAGAMAN INDONESIA
EXPOSE – Pernahkah Anda membandingkan keragaman Indonesia dengan negara-negara lain? Sebaiknya luangkan waktu untuk melakukannya, karena kita akan menemukan sebuah keajaiban.
Realitanya, negeri yang minim keragaman saja bisa konflik berkepanjangan bahkan bubar, apalagi yang terlalu majemuk seperti Indonesia. Kita berada di sebuah negeri paling majemuk di dunia. Indonesia dihuni 1.340 suku bangsa, memiliki 742 bahasa, ada 6 Agama Resmi dan 187 Penghayat Kepercayaan atau agama lokal. Terlalu majemuk bukan? Wajarlah jika ada yang berpikir bahwa keragaman yang sangat tinggi ini menyimpan potensi disintegrasi yang juga sangat tinggi. Apalagi Indonesia bukan negara daratan, melainkan negara kepulauan yang dipisahkan oleh lautan yang luas.
Namun, kekuatiran itu menjelma ketakjuban setelah membaca dua buku terbaru di penghujung tahun 2018 ini, yakni Seri Literasi Agama untuk Remaja: Meyakini Menghargai dan Merayakan Keragaman terbitan Exposé (Mizan Group) dan PPIM UIN Jakarta, sebagai bagian dari program Countering Violent Extremism for Youth (CONVEY) Indonesia.
Dalam rangka memperkenalkan buku Seri Literasi Agama untuk Remaja, Exposé menghadirkan acara Festival Keragaman. Rangkaian acara Festival Keragaman ini akan diadakan di tiga kota, dan diawali di Bandung pada Jum’at, 14 Desember 2018. Bertempat di Lo.Ka.Si Coffee & Space, Dago, Bandung.
Kegiatan lintas agama ini akan melibatkan tokoh-tokoh agama. Dalam acara di Bandung kali ini akan menghadirkan Ketut Wiguna, tokoh Pendidik Hindu dari Pasraman Widya Dharma, dan Penulis buku, Nenden Hendarsih. Acara ini juga dihadiri oleh rekan-rekan penggerak komunitas lintas agama dan bhinneka, seperti Jaka Tarub, Komunitas Bhineka, para pelajar dan guru dari beberapa SMA di kota Bandung
“Simfoni” Keragaman Indonesia
Ketika membaca kedua buku ini, kita akan menemukan keajaiban dari kemajemukan Indonesia pada halaman-halaman awal buku Meyakini Menghargai. Kita disajikan banyak fakta yang semuanya menyimpulkan betapa ajaibnya Indonesia. Bayangkan, Eropa merupakan daratan,
tetapi mereka “terpecah” menjadi 50 negara. Di belahan lain, mereka hidup di satu daratan yang luas, dengan satu bahasa, satu agama, tapi terus bertikai dan berperang sampai hari ini. Timur Tengah salah satu contohnya. Menariknya, dibandingkan Eropa dan Timur Tengah, kemajemukan Indonesia lebih kompleks, tetapi negeri ini tetap bertahan dan nyaris tidak ada ancaman disintegrasi yang teramat serius, meski tak menampik kenyataan bahwa ekstremisme kekerasan tetap mengintai negeri ini.
Artinya keragaman atau kemajemukan itu bukan pemecah, malahan pemersatu. Ibarat orkestra, kemajemukan itu menciptakan simfoni yang indah, yang bisa dinikmati kemerduannya bersama-sama. Itulah message besar yang hendak disampaikan kedua buku yang dikemas secara menarik dan popular ini. Buku ini ditujukan untuk pembaca milenial, sehingga kemasannya pun sengaja diciptakan ringan, baik bahasa maupun artistik lay out-nya.
Kedua buku ini hadir di saat yang tepat, mengisi kerinduan publik akan buku-buku toleransi dan kerukunan umat beragama yang cocok dan friendly bagi kalangan milenial. Menguatnya budaya hoax dan pemikiran radikal yang antikemajemukan, dapat menjadikan kedua buku ini sebagai media edukasi alternatif.
Pendekatan narator dengan “melibatkan” karakter setiap pemeluk agama membuat penyajian materi dalam buku ini terasa unik, menarik, dan mudah dimengerti. Pembaca akan mengetahui ajaran, konsep ketuhanan, kitab suci, hari raya masing-masing agama dan aliran kepercayaan. Buku ini dilengkapi ilustrasi, foto dan aplikasi virtual reality UID360 yang berisi wisata religi dan bisa diunduh di Google Playstore secara gratis sehingga membuat buku ini semakin asyik dinikmati.
Buku ini bagaikan oase bagi semua pemeluk agama: satu buku untuk semua agama. Seorang pemeluk agama tidak hanya mengetahui agamanya saja, tapi juga dapat mengetahui agama dan aliran kepercayaan lain. Hanya dengan mengetahui agama lain akan muncul rasa empati dan saling menghargai. Harapan kami akan tercapai cita-cita #MeyakiniMenghargai dalam Keragama Indonesia.
Salam BerAGAMA