PPIM.UINJKT.AC.ID – “Toleransi tidak cukup diajarkan tapi juga harus dialami sendiri,” kata Fikri Fahrul Faiz. Koordinator CONVEY Indonesia itu menyatakannya dalam Webinar Series #ModerasiBeragama bertema “Milenial Lintas Iman Bicara Moderasi Beragama” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (24/7).
Fikri menceritakan pengalamannya sebagai minoritas saat kuliah di Australia. Salah satu hal yang paling menyentuh adalah saat dosennya menyuguhkan minuman non-alkohol khusus untuknya saat berbincang santai setelah perkuliahan di kelas. Sementara itu, teman-teman lainnya meminum minuman beralkohol yang sudah menjadi budaya di sana.
Milenial Hindu: Muslim Boleh Pakai Nama Khas Bali
“Inilah proses moderasi beragama yang sesungguhnya, proses memahami dan mengamalkan ajaran agama secara adil dan berimbang,” ucap peneliti muda PPIM ini mengaitkannya dengan konteks moderasi beragama.
Menurut Fikri, moderasi beragama adalah jalan tengah. Konsep ini membawa penganut paham esktrim kanan dan kiri untuk kembali ke jalan tengah. Sementara itu, toleransi adalah hasil dari moderasi beragama itu sendiri.
Selain Fikri, webinar yang dipimpin Team Leader CONVEY Indonesia Jamhari Makruf ini menghadirkan Milenial Lintas Iman lainnya seperti Biarawati Katolik Fernanda Ambar Pratiwi, Ida Ayu Prasati dari Perwakilan Umat Hindu, Pendeta Kristen Protestan Yerry Pattinasarany, Anes Dwi Prasetya dari HIKMAHBUDI, dan Meilan Rahayu Putri sebagai Ketua Pemuda Agama Khonghucu Indonesia Bogor.
Penulis: Grace Rachmanda
Editor: M. Nida Fadlan