Webinar Internasional – Eva Fachrunnisa: Muslim Moderat, Siapa?

Webinar Internasional – Profesor Korea Selatan: Muhammadiyah Tetap Moderat
Juli 20, 2020
Komaruddin Hidayat: Keragaman adalah Desain Tuhan
Juli 20, 2020

PPIM.UINJKT.AC.ID – Dosen Australian National University, Eva Fachrunnisa, menceritakan pengalamannya saat mengajar kajian keislaman di negeri kanguru. Ia memulai kelas dengan mengajukan pertanyaan, “Who are moderate muslim?” sambil meminta para mahasiswa menjelaskan karakteristiknya.

“Tidak mudah bagi mereka untuk menjawab pertanyaan tersebut,” ungkap Eva dalam Webinar Series #ModerasiBeragama bertema “Indonesianis Bicara Moderasi Beragama: Dari Indonesia untuk Dunia” yang diselenggarakan oleh PPIM UIN Jakarta melalui program CONVEY Indonesia, Jumat (17/7).

Jawaban mahasiswa pun beragam. Ada yang menjawab “muslim moderat adalah mereka yang anti teroris”. Ini tentunya berkaitan dengan naik daunnya istilah moderat Islam setelah tragedi 11 September 2001. Ada pula yang menjawab, “mereka yang tidak berjilbab”. Jawaban lainnya, “mereka muslim tapi tidak terlalu mempermasalahkan minum alkohol atau wine”.

Beragam jawaban mereka lontarkan menunjukkan ada beragam persepsi mengenai konsep Islam moderat. Apalagi ketika menilai karakter muslim di Indonesia yang memiliki latar belakang yang beragam pasti memiliki definisi yang berbeda, karena rambu-rambu yang bervariasi, tidak terlepas dari sikap keagamaan mereka, kelompok mereka, dan juga masing-masing ulama.

Di sinilah moderasi beragama berperan. Eva mencontohkan bahwa gagasan ini juga dipromosikan oleh sejumlah tokoh internasional seperti mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Grand Shaykh Universitas Al-Azhar Ahmad al-Tayyeb.

Di Malaysia, menurutnya Eva, Najib Razak pada masa pemerintahannya menyebutkan istilah wasatiyyah (sebuah sikap berada di tengan) pada United Nations General Assembly (2010) dan dalam pidato-pidato lainya. Tahun 2012 Najib mengumumkan lahirnya Institut Wasatiyyah Malaysia (IWM) dan the Global Movement of Moderates Foundation (GMMF) untuk memberikan dukungan untuk proyek wasatiyyah-nya.

Sementara itu, Eva menilai gagasan moderasi beragama yang diterapkan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan moderasi beragama versi Al-Azhar. Gagasan ini secara langsung disampaikan al-Tayyeb saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor 2018 lalu. Baginya, berpikir dan berlaku moderat adalah mengikuti manhaj ahlussunnah wal jama’ah.

“Banyak kesamaannya disini, salah satunya Al-Azhar menentang intoleransi dan ini tertuang dalam Al-Azhar document, yang dikeluarkan setelah revolusi 25 Januari, dan ini menarik sekali. Salah satunya Al-Azhar menjunjung tinggi komitmen freedom of thought and opinion,” ungkap Eva.

Selain Eva, webinar yang dipimpin Team Leader CONVEY Indonesia Jamhari Makruf ini menghadirkan Indonesianis lainnya seperti Tim Lindsey dari University of Melbourne, Hyung-Jun Kim dari Kangwon National University, dan Takeshi Kohno dari Toyo Eiwa University.

Penulis: Herda Maulida
Editor: M. Nida Fadlan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty − twenty =

Indonesia