REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aksi terorisme masih menjadi ancaman regional maupun global. Kelompok teroris menjadi musuh yang harus diperangi bersama. Team Leader of CONVEY Project & Advisory Board PPIM – UIN Jakarta, Jamhari, mengatakan saat ini terorisme menjadi masalah utama di Indonesia.
“Mereka (kelompok teroris, Red) sampai sekarang bisa melakukan rekrutmen anggota baru dan ada kelompok yang diam padahal tahu ada kelompok itu, itu sama saja pendukung (terorisme),” ujarnya di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Senin (11/12).
Menurutnya, pendidikan agama Islam menjadi salah satu cara alternatif mencegah masalah terorisme. Asalkan, pendidikan tersebut diajarkan secara baik dan benar terutama Islam moderat. “Pendidikan agama menjadi gagasan penting mengentas terorisme, kekerasan juga. Selama ini pendidikan agama Islam hanya berperan 20 persen,” ucapnya.
Di sisi lain, di tengah kemajuan teknologi masyarakat dengan mudah mengakses internet secara bebas. Hal ini justru membuat siswa sangat mudah menyerap pelajaran agama yang salah. “Sekarang sumber keagamaan bisa diakses secara mudah,” ungkapnya.
Sebelumnya, Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan kelompok teroris telah digunakan sebagai alat pengkondisian suatu wilayah. “Terorisme menjadi sangat tinggi di dunia, tak terkecuali di negara adidaya sekalipun,” kata mantan Sekretaris Militer (sesmil) Presiden Joko Widodo ini, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/12).
Hadi juga mengatakan bahwa terorisme kini menggunakan pendekatan proxy war atau konflik antara dua negara yang tak terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan kaki tangan dan agen. “Proxy war dengan libatkan aktor-aktor negara dan nonnegara,” ungkap Hadi.
Menurut mantan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispen AU) ini, situasi menjadi semakin kompleks dengan derasnya arus globalisasi di Indonesia yang sulit untuk dibendung. “Jaringan internet kelompok teroris secara tepat menyebarkan pengaruh mengaktifkan simpatisan demi mendukung kepentingan,” ucap Hadi.