Pendekatan Agama yang Sesuai Zaman Mampu Tekan Intoleransi

Pesan Menteri Agama dalam #MeyakiniMenghargai
Februari 21, 2019
Penelitian tentang Radikalisme di Media Sosial dan Situs Web Radikal
Februari 26, 2019

MEDCOM.ID – Sejumlah riset menunjukkan bahwa remaja Indonesia memiliki kecenderungan bersikap intoleran terhadap penganut agama lain.  Gaya intoleran tersebut disebabkan oleh gara pendekatan keagamaan yang tidak sesuai dengan zamanya.

Menteri Agama, Lukman Hakim saifuddin mengatakan, di tengah era peralihan menuju era digitalisasi dan revolusi industri 4.0, jangan sampai nilai-nilai keagamaan luntur di kalangan milenial. Oleh karena itu, pendekatan keagamaan tidak lagi bisa menggunakan cara-cara konvensional, melainkan harus dikemas sedemikian rupa agar sesuai dengan zamannya.

“Mereka adalah umat digital, senang dengan materi keagamaan yang dikemas kreatif, inovatif, menyenangkan dan sekaligus mudah diakses. Kita harus hadir di tengah mereka dengan menyediakan materi atau konten keagamaan yang sejuk, damai, toleransi dan sesuai dengan watak milenialnya,” ujar Lukman di acara Media Briefing Festival #MeyakiniMenghargai di Thamrin Nine, Jakarta, Rabu, 20 Februari 2019.

Pernyataan Lukman disampaikan, menyikapi banyak indikasi yang menyebutkan bahwa remaja Indonesia rentan mengarah pada sikap intoleran.  “Maka jangan disalahkan kalau bandul kecendrungan kehidupan keagamaan Indonesia di masa depan mengarah kepada sikap-sikap intoleran, ekslusif, ekstrim, penuh kekerasan dan bahkan menjurus pada tindakan ekstrimisme,” ujar Lukman.

Ia juga mengingatkan, jumlah penduduk usia produktif Indonesia yang masuk kategori milenial mencapai puncaknya pada tahun 2045. Berbagai upaya menjaga keutuhan Indonesia ke depan lewat generasi milenial salah satu kuncinya melalui pendekatan agama.

Menag mengatakan, 70 persen penduduk Indonesia di masa depan nanti akan didominasi penduduk usia produktif. Sehingga generasi milenial menjadi cermin wajah Indonesia di masa mendatang.

“Masa depan dan wajah Indonesia sangat terkait dengan agama, karena berbagai kajian mengkonfirmasi Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang warganya menempatkan agama menjadi faktor penting dalam menetukan sikap hidupnya,” ungkap Lukman.

Penelitan terbaru yang dilakukan Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CISForm) UIN Sunan Kalijaga beberapa waktu lalu tentang Paparan Radikalisme dalam Sistem Produksi Guru pada Dosen dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam menemukan fakta mengejutkan.  Sekurangnya 10% kelompok mahasiswa dan dosen menyetujui untuk Indonesia ditegakkan sebagai negara Islam dan juga berpandangan membolehkan penggunaan kekerasan dalam membela agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 × 4 =

Indonesia