NETRALNEWS.COM – Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pandangan sikap keberagamaan guru di Indonesia. Target populasi survey PPIM 2018 adalah guru Muslim di sekolah tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/K/MA.
Adanya fenomena maraknya kecenderungan intoleran dan radikalisme agama tidak hanya terjadi pada siswa menengah, namun juga terjadi pada level pendidikan paling dini sekalipun. Kecenderungan ekspresi keagamaan ini sudah tampak sejak level pendidikan awal seperti TK/RA.
Menurut Koordinator Survei Nasional, Yunita Faela Nisa, intoleran dan radikalisme bisa mempengaruhi pelajar TK. Pelajar TK cenderung dapat mematuhi perintah guru atau tokoh panutannya, sehingga lebih cepat bisa menilai.
“Cara penyampaian opini intoleran dan radikal guru TK/RA menggunakan metodologi. Sedangkan konten wawasan kebangsaan kurang diterangkan oleh pihak guru pada muridnya,” kata Yunita dalam Launching Hasil Survei Nasional PPIM – Pelita yang Meredup: Potret Keberagamaan Guru Indonesia, Selasa (16/10/2018).
Untuk itulah dilakukan survei PPIM 2018 yang memfokuskan guru dari berbagai level pendidikan, yaitu TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/K/MA. Selain itu survei dilakukan pada guru yang mengampu pada semua mata pelajaran.
Sirvei dilakukan dalam rentang waktu antara 6 Agustus sampai dengan 6 September 2018. Sampel penelitian diambil dari 34 provinsi di Indonesia, dimana pada setiap provinsi dipilih kabupaten/kota secara acak berdasarkan teknik probability proporsional to size (PPS) pada jumlah guru yang ada di tiap provinsi di Indonesia. Jumlah sekolah itu baik yang di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun di bawah Kementerian Agama (Kemenag).
Dari proses pemilihan kabupaten/kota, diperoleh 767 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota terbanyak yang terpilih menjadi sampel adalah pada provinsi yang memiliki jumlah guru terbanyak, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Sementara jumlah guru yang paling sedikit berada di provinsi Kalimantan Utara.
Dari jumlah kabupaten/kota terpilih, ditentukan sekolah/madrasah secara random yang juga menggunakan teknik PPS. Setelah sekolah/madrasah ditentukan dengan proses random, maka petugas survei mendapatkan kerangka sampel guru Muslim yang ada di sekolah terpilih.