LENSABIMA.COM – Kajian soal kekerasan dan Extremism makin seksi saja diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Tak terkecuali oleh sejumlah Negara dan NGO di Indonesia.
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermitra dengan United Nations Development Programs (UNDP), 2 tahun terakhir menggarap program CONVEY (Enhancing the Role of Religious Education for the Youth), semacam Program Pencegahan Tindakan Kekerasan dan Ekstrimisme.
Tahun 2018 ini, ada 16 Program Convey dalam rangka pencegahan tindak kekerasan, radikalisasi dan ekstrimisme di Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengadakan ‘Regional Workshop’ dengan tema: On Religious Education And Prevention Of Violent Extremism Ini Diverse Societies In Southeast Asia’_, 21 – 23 November 2018 di Ayana MidPlaza Hotel – Jakarta.
Kegiatan ini menghadirkan 213 Tokoh Perdamaian dari 10 Negara dalam kawasan Asia Tenggara kecuali Negara Laos dan Timur Leste. Termasuk mengundang Julhaidin alias Rangga Babuju dari Bima NTB. Ia dipilih karena dedikasinya dalam meminimalisir Konflik di Bima melalui Gerakan Sosial pemberdayaan pemuda dan korban konflik kekerasan.
Dita Kirana, seorang Peneliti di PPIM menyatakan, 213 Peserta ini diundang khusus berkat dedikasi dalam meminimalisir tindak kekerasan, Ekstrimisme dan konflik diwilayahnya masing-masing.
“Kami melalui seleksi yang cukup ketat di 8 Negara Asean, mendapati para tokoh-tokoh hebat yang memang kami undang pada kesempatan ini” Ungkapnya disela-sela Gala Dinner peserta Regional Workshop.
Kata Dita, Kiprah Rangga Babuju melalui Komunitas BABUJU telah pantau dalam 2 tahun terakhir. Gerakan basis sosial kepemudaan dalam bidang entrepreneur, langkah yang cukup maju dan tidak mudah disebuah daerah yang ditandai sebagai ‘zona merah’ konflik dan kekerasan.
“Rangga harus tetap tumbuh bersama Tim Babuju di Bima. Penting Gagasan pemuda untuk membangun peradaban Negera ini. Anak muda butuh sentuhan dan perhatian dari kita,” sarannya
Dari penilaian PPIM, Rangga memang telah menunjukan dedikasinya dalam meminimalisir Konflik dan tindak kekerasan di wilayah Bima NTB. Gerakan inisiasi Pemuda Mandiri membuahkan hasil, tentu saja menjadi inspirasi bagi kalangan Muda di Bima melalui Basis-basis kelompok binaan dan pendampingannya.
Rangga kepada Inside Pos via pesan elektronik mengaku bangga bisa berkumpul bersama 212 Tokoh Perdamaian Asia Tenggara. Jika dilihat sepak terjang para tokoh yang hadir, ia merasa belum melakukan apa-apa dan tak sebanding dengan apa yang telah peserta negara lain lakukan Tetapi satu hal yang menjadi ‘kunci’, menurut laki-laki yang pada tahun 2017 lalu juga dianugerahi sebagai Pemuda Pelopor Nasional Bidang Ketahanan Pangan ini, bahwa konsistensitas dan inovatif menjadi point penting dalam bergerak.
“Saya tidak pernah berpikir bahwa apa yang saya lakukan selama ini dapat meraih prestasi diluar Bima. Yach, saya hanya melakukan apa yg bisa saya lakukan, tanpa berpikir saya akan dapat apa kelak” pungkas pria gondrong ini
*Ryan