NU.OR.ID – Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Saiful Umam mengungkapkan, sebanyak 63,07 persen guru di Indonesia memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama lain. Angka ini didapat dari Implicit Association Test (IAT). Sementara, dari data kuesioner ada 56,90 persen guru yang beropini intoleran.
“Yang eksplisit (hasil kuesioner) lebih kecil dari implisit (IAT) dalam hal intoleransi,” kata Umam pada acara peluncurkan survei di Jakarta, Selasa (16/10).
Dalam hal opini, sebanyak 56 persen guru menyatakan tidak setuju bahwa non-Muslim boleh mendirikan sekolag berbasis agama di sekitarnya. Dan sebanyak 21 persen guru tidak setuju tetangga yang berbeda agama mengadakan acara keagamaan.
Selain itu, survei ini juga memotret intensi aksi intoleransi guru. Umam mengatakan, dalam skala ini jumlahnya menurun jika dibandingkan dengan opini, tapi masih cukup tinggi.
Jika ada kesempatan, maka sebanyak 34 persen guru berkeinginan untuk menandatangi petisi menolak pendirian sekolah berbasis agama non-Islam di sekitar rumahnya. Sementara, 29 persen guru berkeinginan untuk menandatangani petisi menolak kepala dinas pendidikan yang berbeda agama.
Yang lebih memprihatinkan, lanjut Umam, jika memiliki kesempatan 27,59 persen guru berkeinginan untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang dalam mewujudkan negara Islam.
“13,30 persen guru berkeinginan untuk menyerang polisi yang menangkap orang-orang yang sedang berjuang mendirikan negara Islam,” terangnya.
Survei ini dilaksanakan dalam rentang waktu antara 6 Agustus hingga 6 September 2018. Total sampel guru yang disurvei adalah 2.237 orang di 34 provinsi di Indonesia. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen, sementara margin of errornya 2,07 persen.