NETRALNEWS.COM – Fenomena maraknya kecenderungan intoleran dan radikalisme agama tidak hanya terjadi pada siswa sekolah menengah, namun juga terjadi pada level pendidikan paling dini sekalipun. Kecenderungan ekspresi tersebut sudah tampak sejak level pendidikan awal seperti Taman kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA).
Padalah pendidikan di TK/RA penting dalam penanaman nilai-nilai dasar siswa, yang mana siswa TK berada dalam masa penting penanaman nilai untuk masa depannya. Demikian dikatakan Koordinator Survei Nasional Yunita Faela Nisa dalam Launching Hasil Survei Nasional Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Pelita yang Meredup: Potret Keberagamaan Guru Indonesia, Selasa (16/10/2018).
“Hasil survei ini menunjukkan bahwa guru TK/RA memiliki opini intoleran dan radikal dibandingkan guru level pendidikan lainnya. Betapa pun begitu, penting untuk meningkatkan pengalaman guru TK dalam situasi keberagaman,” jelas Yunita.
Dijelaskan Yunita, guru TK/RA sampaikan opini intoleransi dan radikal pada anak TK karena kecenderungan anak yang lebih penurut ke guru. Anak TK juga cenderung percaya akan berbagai perkataan yang dilontarkan tokoh yang dipercaya, sebagaimana orang tua titipkan anak pasa guru dan intoleransi serta radikal dapat tersemai di sekolah TK/RA.
Adapun bentuk penyampaian opini intoleransi dan radikal oleh guru TK/RA berupa metodologinya saja. Misalnya cara menyanyi dan menari tanpa ada konten Islam Moderat, konten Berbhineka dan kemanusiaan.
“Memang tidak semua (guru TK/RA sampaikan opini intoleran dan radikal). Tapi ada yang ganti lirik, menegasikan kelompok lain dan itu diajarkan pada anak, sehingga perlu jadi perhatian,” kata Yunita.
Untuk diketahui, target populasi survey PPIM 2018 adalah 2.237 guru Muslim di sekolah/madrasah pada tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/K/MA yang mengampu semua mata pelajaran di Indonesia.
Guru merupakan pengajar Bahasa, Matematika dan IPA (MIPA), Ilmu Sodial, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kesenian dan Keterampilan, Bimbingan dan Konseling, Guru Kelas, Kepala Sekolah (tidak mengajar) dan lainnya.