NUSANTARA.RMOL.CO – RMOL. Filterisasi atau penyaringan media sosial harus lebih diperketat lagi seiring banyaknya kelompok ektremis yang aktif di dunia maya. Peneliti muda dari Pusat Penelitian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Hani Samantha mencermati kebanyakan kelompok ekstremis menggunakan media sosial dengan label dakwah tapi berisi ujaran yang tidak baik.
“Kelompok radikal kan juga menggunakan media sosial melalui dakwah-dakwah tapi bermuatan negatif,” ujar Hani di sela Festival Meyakini dan Merhargai di Kawasan Bebas Kendaraan Bermotor alias CFD, Jakarta, Minggu (6/1).
Kebebasan media sosial, menurut dia, bukan hanya menjadi media eksistensi dari kelompok ektremis. Kenyataannya, tidak sedikit pengguna media sosial ikut terpengaruh dengan ujaran kelompok ektremis itu.
“Belakangan juga kan ada orang yang sebetulnya baik, kemudian terpengaruh dengan konten dakwah negatif kelompok ektremis. Inilah yang disebut akibat dari bebasnya dunia maya,” jelasnya.
Ia juga mencermati penyebaran kabar bohong atau hoax oleh kelompok yang dikenal publik.
“Maka kemudian beberapa orang menjadi percaya,” tukasnya.[wid]